Pimpinan Wilayah Kantor BRI Bandung, M. Fankar Umran menyatakan, masalah inkubasi itu belum bisa diukur, berapa rupiah, tapi yang namanya inkubasi adalah bagaimana kita membuat yaitu pertama, yang belum berpikir bisnis harus berpikir bisnis bagaimana mengembangkan perbaikan inovasi-inovasi baru terhadap suatu produk. Kedua, bagaimana membuka akses pasar. Setelah itu baru kemudian dia butuh modal berapa?, “Kalau kita bicara tentang inkubator atau inkubasi bisnis, kita tidak bicara tentang volume bisnis, tapi bagaimana semakin banyak orang atau pelaku yang terlibat dalam urusan bisnis dalam hal ini termasuk UMKM pemula.
Banyak fasilitas-fasilitas BRI yang diberikan untuk mendukung pengembangan inkubasi terhadap binaan-binaan UMKM itu ”kata M.Fankar Umran disela-sela kegiatan CEO Talk dan Workshop mengenai Jurus Bisnis Rakyat, “Model Bisnis yang Bankable” di Graha Sanusi Kampus Unpad, Dipati Ukur, pada hari jumat (10/3/2017). Acara ini merupakan salah satu program Unpad BUMN Center of Excellent (Unpad-BCE) untuk meningkatkan sinergi dan kolaborasi dengan BUMN. Saat di tanyakan seberapa besar porsi UMKM? M. Fankar Umran menjawab, “Porsi UMKM tahun 2016 sebesar 73%. Artinya hampir semua sudah banyak yang berkembang.
Sekarang BRI bertransformasi dari sangat konvensional masuk ke digital tetapi tidak berarti melupakan UMKM. Kita tetap Fokus pada pengembangan UMKM, tetapi bagaimana supaya mereka go-digital. Di tempat yang sama, Direktur Utama BRI Asmawi Syam kepada wartawan mengatakan, kita menyediakan tempat untuk mereka berkumpul bersama-sama menuangkan kreatifitas mereka untuk bisa saling mengisi satu dengan yang lainnya, dan kalau hasilnya ada, ini akan kita pantau kalau ini layak untuk mendapatkan permodalan kita biayai atau mungkin mereka ingin berkolaborasi dengan para pengusaha yang sudah berhasil.
Asmawi Syam menjelaskan, yang kita dapatkan selama ini karena mereka punya ide-ide tetapi mereka tidak punya modal, pilihan mereka bisa berkolaborasi dengan pengusaha yang sudah berhasil. Kita bantu melalui banking capital. Yang kita lakukan investasinya bukan hanya investasi property. Misalnya mesin atau teknologi-teknologi canggih, tetapi kita juga berinovasi, “Ya, kita didik. Kita kirim anak-anak muda itu untuk belajar di luar negeri mengambil master di bidang teknologi. Misalnya peluncuran satelit kita kirim 12 orang untuk mempelajari bagaimana satelit itu beroperasi, bagaimana satelit itu dikendalikan. Kemudian kita juga berinvestasi di bidang customer experience. Kita mendidik para nasabah juga untuk menggunakan digital banking dengan baik,” katanya.
Menurut Asmawi Syam, untuk full digital branch kita bangun di 13 tempat yaitu tiga di airport di Jakarta, Medan dan Makassar. Kemudia ada 10 di mal-mal yang saya resmikan di Kota Casablanca. “Jadi investasi itu tidak hanya di capital asset, tapi juga di human asetnya, kemudian kita juga melakukan campaign untuk memperkenalkan digital terhadap anak muda,” katanya.
Pada kesempatan yang berbeda, Direktur Unpad BUMN Center of Excellent (Unpad-BCE), Ernie Tisnawati Sule menjelaskan, Unpad-BCE mempunyai tiga program yaitu, Collaboration Center, Learning Center untuk peningkatan SDM dan Study Center yang didukung oleh pusat informasi dan data BUMN. Acara ini bagian dari Collaboration Center yang tujuannya untuk menciptakan kerjasama antar BUMN, BUMN dengan Unpad, dan dengan berbagai pihak.
Acara ini juga upaya untuk mengangkat BRI sebagai salah satu BUMN yang berperan pada peningkatan roda perekonomian, khususnya di sektor riil masyarakat mikro, karena BRI sudah memiliki brand identity khusus dalam pengembangan usaha kecil dan menengah. Kami melihat ini adalah peran CEO, pimpinan puncak BRI Asmawi Syam yang punya komitmen kuat untuk fokus pada pengembangan usaha rakyat, karena itu kita selenggarakan CEO Talk. Acara ini adalah salah satu program Unpad-BCE yang tidak hanya dengan BRI tapi bisa juga dengan BUMN lain mengenai kiprah BUMN dalam perekonomian bangsa ini,” katanya.
By: Yefri Sunda Pos (Ina-Ina)
No comments:
Post a Comment