Mengenal Candi Cangkuang Abad VIII, yang terletak di Leuwigoong, Karanganyar Leles, Kabupaten Garut Jawa Barat, masih memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal ataupun asing. Dengan lokasi tempat yang unik dan sejuk, cukup bagus untuk tempat beristirahat, dan mengenal rumah adat dulu asli kampung pulo. Untuk melihat dari deket Candi Cangkuang, pengunjung harus menyebrang pakai rakit bambu yang unik dengan jarak 150 meter menuju candi cangkuang, dengan tarif Rp. 5.000/orang, karena lokasi terdapat situ atau danau.
Jayantaranews.com langsung meninjau cagar budaya candi cangkuang jumat 15-06-18 pukul: 13:20 wib, langsung di menemui Wawan K. SE selaku Kepala Uptd " kita akan selalu prioritaskan pelayanan publik, karena bila pelayanan publik kurang baik, bagaimana pengunjung akan betah, kita di sini tetap pertahankan dalam pelayanan, termasuk perbaikan fasilitas pengunjung, air dan kamar kecil, jelas itu sangat utama " ucapnya.
Smabutan ramah tamah untuk pengunjung sslalu di suguhkan, sejak menaiki rakit bambu penyebragan, dan kebersihannya di jaga bersama. Jumlah karyawan sebanyak 11 orang, 18 orang PNS, dan ada paguyuban rakit, sebanyak 24 rakit yg di bawahi kompegpar setempat, serta ada paguyuban guets dalam menarik wisatawan di candi cangkuang. Budi Gangan yang cukup muda selaku kadis cukup bagus dan memeperhatikan dalam cagar budaya, diapun putra daerah asli leles, dan bila ada kegiatan asli kampung pulo, mereka selalu berkumpul si cangkuang sini, saya juga selalu memberikan pengarahan pada semua, dalam memperhatikan wilayah wisata " jelas wawan.
Wawan juga menambahkan, saat musim liburan hari khusus seperti saat ini lebaran, pengunjung meningkat mencapai 100% dari hari biasa, tapi dalam perhitungannya di 50%, karena biasanya pengunjung juga ada keluarga karyawan, dan tamu dari warga asli lokal sini, karena ada dispensasi, tapi tetap harus mengisi buku tamu yang sudah di sediakan, motto kami sendiri harus tingkatkan pelayanan publik, karena bagaimana bisa pengunjung ada tanpa pelayanan publik yang baik " ucap wawan.
Lokasi wisata terdapat, rumah adat asli kampung pulo, dan museum. Konon sejarahnya, " Kampung Pulo sebagai penyebar agama Islam pertama di wilayah Cangkuang, Eyang Embah Dalem Arief Muhammad juga turut mendirikan peradaban di sekitarnya, yaitu sebuah kampung adat dengan nama Kampung Pulo.
Pada mulanya, Embah Dalem Arief Muhammad merupakan panglima perang Kerajaan Mataram yang ditugaskan oleh Sultan Agung untuk menyerang VOC di Batavia. Namun, karena kalah dan takut mendapatkan sanksi apabila pulang ke Mataram, Embah Dalem Arief Muhammad memutuskan untuk bersembunyi di Cangkuang.
Zaki, selaku juru rawat candi cangkuang yang regenerasi (turun menurun), yang mendiami museum situs, selalu memberikan informasi yang di inginkan pengunjung, dirinya masih keturunan asli banten.
By: Hendra Sunda Pos (Ina-Ina)
No comments:
Post a Comment