Proyek urugan tanah merah seluas 4Ha di Jl. RAYA SAPAN TEGALLUAR Rw 12 Desa Tegalluar Kec Bojongsoang cemari lingkungan sekitar. Volume tanah merah yang di angkut oleh Dump Truck besar itu cukup banyak, dan berjatuhan ke jalan raya, sehingga membuat polusi udara dan merugikan pengguna jalan. Sebabnya di kala terik panas matahari Debu tanah merah itu beterbangan, cukup bikin sesak napas, jalan jadi kotor, becek di kala hujan menyebabkan jalan menjadi licin. Proyek urugan ini sudah berlangsung dari bulan Nopember 2015 dan sampai sekarang Januari 2016 masih berjalan. Jelas pengguna jalan dan lingkungan sekitar kiranya merasa jengkel di karenakan udara menjadi kotor dan tidak baik untuk kesehatan, hal hasil debu tanah merah cukup banyak menempel di sepanjang jalan tanpa ada yang peduli membersihkannya agar tanah tersebut jangan sampai berceceran di jalan raya, seharusnya ini kewajiban dari pemilik proyek urugan.
Urugan tersebut di peruntukan pembuatan pabrik ke depannya, cuma sangat di sayangkan pemborong proyek urugan tidak memperhatikan masyarakat sekitar, khususnya dampak dari proyek urugan tersebut. Pemerintah Desa Tegalluar dan Kecamatan Bojongsoang sepertinya acuh dalam melihat wilayahnya yang sangat kotor, seolah-olah tidak peduli terhadap lingkungan dan masyarakatnya, entah apa yang ada di benaknya, karena tidak ada respon kepedulian. Demi mencapai pembangunan kiranya juga memperhatikan dari dampak masyarakat di lingkungan, sehingga bisa senergis antara pemerintahan desa dan masyarakat. Seharusnya pemerintah desa jeli menyingkapi ini, karena terlihat jelas lingkungan terganggu akibat kegiatan urugan yang dari pagi sampai malam, apa lagi tanah merah yang di tinggalkan ke jalan umum cukup banyak.
Area urugan tanah merah itu memerlukan Alat Berat jenis Bulldoser untuk meratakan tanah merah yang bertumpuk, dan di duga BBM yang di pakai adalah subsidi, karena selalu beli di pom bensin memakai jasa tukang ojeg, dan berlangsung lama tanpa ada masalah, ini sepertinya sudah terbiasa dalam urusan proyek, guna menekan biaya oprasional agar lebih hemat kiranya, dan proyek urugan yang mencemari lingkungan (debu yang berlebihan) sepertinya kurang di perhatikan pemerintah setempat sampai saat ini, di nilai lebih berat ke pengusaha di bandingkan masyarakat.
By: Hendra (Ina-Ina)
No comments:
Post a Comment