Saat di Investasi langsung Pasar Baleendah Kabupaten Bandung rabu 02-11-16 pukul: 11:15 wib, Cuncun Andreaeni Handayan Kepala UPTD Pasar Baleendah tidak di tempat, menurut keterangan pihak kantor UPTD memang seperti itu, lebih banyak urusan Dinas di luar. Saat di wawancara hanya ada staff kantor (Ahmad), dirinya menjelaskan bahwa pengelolaan sampah di pasar baleendah memang mengalami kesulitan, di karenakan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) memamakan tempat yang tidak semestinya dan mengganggu para pedagang pasar yang ingin bongkar muat, serta menimbulkan bau yang tidak enak, saya (Ahmad) sendiri dan rekan kantor yang lainnya juga merasakan hal itu, dan para pedagang menegur kami, sebagai pengurus dan pengelola pasar. Tapi pada dasarnya sampah yang menumpuk itu bukan semata-mata real kesalahan kami selaku pengelola pasar, karena tugas kami mengenai sampah hanya di lingkungan pasar saja, dari sampah para pedagang di lokasikan sementara untuk penampungan sampah, dan selebihnya tugas Dispertasih Soreang yang harus mengangkat sampah pasar, permasalahan terbesar di pasar ini sendiri, faktanya bukan sampah murni para pedagang, tapi ada sampah dari pihak luar, baik para pengunjung pasar ataupun sampah dari pihak yang lain di luar lingkungan pasar, dan sampai membuang semobil dolag membuang di sini, walaupun pernah di tindak "tutur ahmad. Bayangkan saja normalnya sampah pedagang itu sudah numpuk perhari mencapai 2 (dua) mobil, dan itu harus rutin di angkut, ini bisa sampai seminggu tidak di angkut, yang seharusnya di angkut tapi kenyataannya tidak terjadi dan berbagai macam alasan dari pihak Dispertasih itu sendiri, padahal sudah tugas mereka, di tambah lagi sampah dari luar, jelas penumpukan yang cukup banyak, dan over quota. Walaupun pihak UPTD pasar sendiri nenempatkan keamanan pasar untuk selalu mengontrol wilayah, baik dari pencurian ataupun pihak luar yang membuang sampah di lingkunagan pasar, memang tidak di pungkiri pasar pernah kebobolan dan begitupun masalah sampah, hal ini membuat kami sendiri kewalahan.
Sementara Pihak Dispertasih lamban dalam penarikan sampah dengan alasan yang tidak Logis, bahwa kendaraan rusak dalam perbaikan, mobil tidak bisa jalan karena tidak ada BBM, dana BBM belum cair, bila perlu di talangan dulu pakai dana pribadi (pasar). Dan ini terjadi bukan saat pada TPA tutup, sebelumnya seperti itu, apa lagi sekarang sudah tutup, sehingga sulitnya buang sampah yang harus di angkut, kadang kami (UPTD) mengalah untuk menyiapkan anggaran untuk buang sampah permobil mencapai 1,5jt. Dengan perincian beli BBM, bayar Loader (alat berat) rokok minum sopir yang mengangkut dll, karena jarak tempuh yang jauh mencapai 150 ltr Solar, sehingga ini menghambat dalam penangan dan pengelolaan sampah "tutur ahmad.
Kadang kami sendiri kesulitan meladeni komplen para pedagang baik kios dan kaki lima, walaupun kami mengakui restribusi selalu di tarik sebesar 3000, kadang mereka (pedagang) juga tidak bayar full, dengan alasan lagi sepi dan sampah tidak di angkut. Dalam hal ini kami selalu meminta pihak Dispertasih Soreang rutin dalam penarikan sampah, dan jangan tersendat yang akan menimbulkan dampak lingkungan pasar atau luar pasar, dan menjadi komplain, tapi dengan mempertimbangkan alasan Dispertasih Soreang, kami selaku UPTD juga tidak bisa apa-apa.
Pernah di gelar rapat dan di hadiri instansi terkait di kecamatan, walaupun ada saling tuding mengenai penanganan sampah, dan kami pihak UPTD sudah menjelasan alasannya, tapi tetap saja terjadi keterlambatan dalam penanganan sampah pasar baleendah, pihak Dispertasih Soreang juga memberikan solusi untuk membuat pembatas (pagar) agar pihak luar tidak seenaknya buang sampah di pasar, dan sempat memberikan sumbangan berupa Asbes untuk membuat pembatas, tapi maaf Asbes tersebut tidak layak dan itu sama saja pihak Dispertasih buang sampah di pasar baleendah, karena itu bekas pakai dan banyak yang hancur, dan tidak bisa di pakai sampai saat ini, pada saat memberikannya saja nitip pada sopir sampah (maming) untuk di antar ke pasar, malah sudah buang ongkos kami, barang tidak layak "tutur ahmad" sambil mengendus.
Selaku UPTD sering mengajukan dan menyampaikan keluhan dalam pengelolaan sampah pasar baleendah, dan tergantung pimpinan. Bahkan akses jalan pasar di urug dengan batu sprit agar mengurangi becek dan memberikan sedikit kenyaman terhadap pengunjung pasar, hasil inisiatif para pedagang, harapan pedagang "Pemerintah Daerah harus lebih perhatikan nasib pedagang pasar baleendah", walaupun dalam hal ini pihaknya (UPTD) sudah berusaha, dan ini menyangkut anggaran. Untuk penangan sampah di wilayah pasar baleendah kami sudah maksimal, hanya saja pihak dari Dispertasih Soreang yang terkesan lamban dalam menangani penarikan sampah dengan alasan seperti tadi, dan saat itu Kabid Dispertasih Soreang ada dan jelas tahu "terang ahmad" kepada media.
By: Hendra (Ina-Ina)
No comments:
Post a Comment