Yanyan pihak Dinas Sosial (Dinsos) Kota Bandung turun langsung mengkroscek ke lapangan dan sambangi warga penerima manfaat Program Keluarga Harapan (KPH) di dampingi oleh Kecamatan Gedebage (Andi), Lurah Cisaranten Kidul (Henny Mustikasari), Anggota Polsek Gedebage (Juhana) pada hari kamis, 03-04-17 pukul: 10:15 wib, untuk mempertanyakan langsung kebenaran Dana PKH yang di duga di sunat secara kolektif oleh Dadan selaku pendamping PKH Kecamatan Gedebage, dan mendengarkan langsung kesaksikan warga penerima manfaat di dampingi oleh Ketua Rw 04 (Enjang).
Mendengar langsung keterangan dari warga penerima manfaat PKH yang di benarkan adanya potongan dana sebesar 300 ribu secara blak blakan, yang di lakukan oleh ketua pendamping saat pencairan, dan merasa keberatan, pasalnya jelas dana tersebut sangat di butuhkan. Pertemuan warga akhir di gelar di mesjid khusnul khotimah rt 01 rw 04, pada hari jumat 05-05-17 pukul: 13:40 wib, ranca pacing kelurahan cisaranten kidul kecamatan gedebage, dalam hal klarifiksi dana PKH yang di sunat.
Ketua Rw (enjang) bersikeras permasalan terjadi akibat pihak pendamping kecamatan (dadan) tidak ada kompromi dengan warga untuk memotong dana PKH, dampaknya menyusahkan camat dan lurah. Dadan membatahnya dan sudah ada musyawarah sebelumnya melalui ketua kelompok, hanya saja salah pengertian, dalam penyampaian di ketua kelompok, dan dana PKH sudah di berikan kekurangannya sebesar 200 ribu, 100 ribu untuk bayar sembako yang di pesan oleh penerima manfaat, dengan harga bervariasi, dari 50/65 ribu, di koperasi ketua kelompok, dan tidak di jelaskan lagi sisanya, walaupun penjelasan warga beragam, sampai untuk kebutuhhan administrasi dan bayar cap stempel rw.
Camat Gedebage (Bambang) menjelaskan, dalam klarifikasi ini di hadiri kemensos dan dinsos, kenyataannya tidak ada pihak kemensos dan dinsos yang hadir. untuk penjelasan, mengenai dana PKH yang di sunat hanya miss komunikasi, antara penerima manfaat dan pendamping kecamatan, hanya untuk di simpan sebagai tabungan, agar di ajar hemat, awal pencairan 200 ribu, dan kisruh, akhirnya di berikan lagi 200 ribu, dan nilai 100 ribu di potong sebagai bayar sembako yang pernah diambil, jadi pencairan dana PKH di cicil dua kali kepada penerima manfaat, setelah kisruh di kembalikan, dan camat gedebage tidak menjelaskan detail dari sisa potongan sebesar 100 ribu, walau ada potongan yang lain.
Dan akhirnya Camat Gedebage (Bambang) menganggap masalah ini selesai, dan mengakhiri dengan bersalaman, lanjut meninjau lingkungan sekitar, yang akhirnya warga mengeluarkan keluhan langsung oleh lurah dan camat, bahwa masih ada warga yang membutuhkan dan merasa layak menerima bantuan, tapi tidak dapat dan merasa kurang di perhatikan. Kembali Camat menjelaskan, bahwa dana PKH langsung di terima oleh penerima manfaat, dan pihak pendamping kecamatan harus berkordinasi dengan kesos kecamatan dan TKSK, dan kecamatan harus tahu karena wajib memberikan laporan kegiatan ataupun data "tutur camat.
Dalam kenyataannya Anissa Kasie Kesos kecamatan tidak bisa menjawab dan mengetahui jumlah banyak penerima manfaat PKH, dengan alasan Dadan selaku pendamping kecamatan hanya menjanjikan data warga penerima manfaat, yang sampai sekarang lebih satu bulan belum di serahkan, hanya nanti akan di kasih "tutur Anissa", yang di sambut lagi dengan camat, bahwa bu anissa masih baru dan coba nanti minta lagi sama dadan segera, agar jelas dan jangan sampai salah paham "tutur camat.
Hal yang sama di jelaskan oleh Lurah Cisaranten Kidul (Henny Mustika Sari), bahwa Dana PKH yang di sunat itu hanya salah paham dan miss komunikasi, karena saat itu terjadi saya sedang di Sidoarjo dengan pak walikota, dan saat kembali ke bandung sudah kisruh. Hanya saja saya, merasa tidak terima karena ada dugaan oknum kelurahan yang terlibat, yang di sampaikan oleh oknum polisi gedebage inisial H, melalui pesan elektronik Whats Up (WA), karena Dadan bukan staf kelurahan. Dalam pengawasan di kelurahan ada ibu retna selaku kesos kelurahan, dan dia yang memantau dalam hal ini, tapi dia juga tidak tahu kalau ada pemotongan dana PKH, dan menjadi kisruh di warga "tutur Lurah.
By: Hendra Sunda Pos (Ina-Ina)